Wabah virus corona yang semakin meluas telah menimbulkan dampak bagi hampir seluruh aspek kehidupan masyarakat. Salah satu yang tak terelakkan yaitu dampak di bidang ekonomi terutama pasar keuangan global dimana dollar AS tercatat semakin menguat.
Menguatnya dollar AS mempengaruhi rupiah
Ekonomi bergejolak semenjak wabah virus corona menyebar hingga ke seluruh dunia. Beberapa negara bahkan sudah menjalankan kebijakan lockdown (karantina wilayah). Hal ini dilakukan untuk mencegah semakin meluasnya penyebaran covid-19 dan memfokuskan penanganan dalam negeri.
Selama karantina wilayah, berbagai fasilitas publik ditutup. Perusahaan-perusahaan juga meliburkan karyawannya. Otomatis laju perekonomian menjadi terganggu sehingga banyak pihak berusaha mencari solusi efektif baik untuk diri sendiri maupun orang lain secara umum.
Bagi para investor, kekhawatiran muncul terhadap prospek resesi global. Mereka memandang dollar masih menjadi tempat yang aman untuk berlindung. Ada peralihan investasi ke tempat lain sejak datangnya kabar buruk dari wilayah Eropa. Dollar pun akhirnya terus naik walaupun ada laporan banyak pekerja bidang non-pertanian AS kehilangan pekerjaan. Total yang tercatat pada Maret 2020 yaitu 701.000, meroket jauh dari awal prediksi sekitar 100.000.
Di Indonesia sendiri, rupiah juga ikut melemah terhadap dollar AS. Ada beberapa penyebab yang memberikan dampak besar pada nilai jual rupiah, yaitu:
1. Banyaknya Pemilik Modal yang Berinvestasi di Luar Negri
Para pemilik modal masih lebih tertarik berinvestasi ke luar negeri daripada dalam negeri. Salah satunya Amerika Serikat yang dianggap memiliki prospek cerah. Maka wajar akhirnya permintaan dollar pun meningkat dan nilainya pun ikut naik seiring dengan makin berkurangnya supply yang ada.
2. Tingkat ekspor lebih rendah dari impor
Masih ada banyak barang berupa bahan baku setengah jadi, sekitar 75% yang didatangkan dari luar negeri. Kemudian 15% lain merupakan barang modal, sedangkan barang konsumsi sebesar 10%. Tiga komoditas terbesar yang paling tinggi nilai impornya yaitu:
- Besi dan baja
- Basic chemical
- Petrokimia, PVC, polyester, plastik, obat-obatan
3. Hutang luar negeri semakin bertambah
Mata uang yang digunakan lebih banyak berupa dollar AS. Jika dikonversikan dengan rupiah, nilainya tentu menjadi jauh lebih tinggi. Artinya beban hutang luar negeri ini juga membesar.
4. Pengaruh Ekonomi Global
Kebijakan Federal Reserve System (The Fed), bank sentral AS, yang ditujukan untuk menstabilkan perekonomian di negaranya ternyata juga berpengaruh pada ekonomi global.
Selain AS, China juga mengambil kebijakan sendiri terkait dengan dampak wabah virus corona. Pemerintah Tiongkok mulai membatasi impor dari negara-negara berkembang.
Padahal, negeri tirai bambu dikenal sebagai salah satu tujuan ekspor terbesar dari Indonesia. Menghadapi situasi dari negara-negara lain tersebut, pemerintah Indonesia harus mengambil kebijakan-kebijakan sebagai solusi efektif agar nilai ekspor tetap lebih tinggi daripada impor.
5. Tingkat Inflasi di Indonesia
Tingkat inflasi di Indonesia memiliki kecenderungan untuk naik dan turun yang cukup tajam per tahunnya. Meskipun saat ini terbilang lebih baik dari jaman dulu, bukan berarti perekonomian menjadi lebih sehat. Tingkat inflasi harus dijaga agar berada di batas normal atau stabil agar nilai mata uang rupiah tidak melemah.
6. Kebijakan pemangkasan suku bunga acuan oleh bank sentral Amerika
Hal ini langsung berimbas pada penetapan suku bunga di negara-negara lain. Semakin rendah suku bunga, semakin tidak tertarik investor untuk menginvestasikan dananya ke negara tersebut. Akhirnya nilai mata uang pun ikut menurun. Meskipun tidak ada pemangkasan, isu mengenai kemungkinan perubahan suku bunga juga sudah memiliki pengaruh yang sama besarnya terhadap nilai tukar mata uang.
7. Terjadinya resesi atau krisis ekonomi suatu negara
AS dan Cina merupakan pemain utama sehingga jika salah satu saja sedang mengalami resesi, maka negara-negara lain termasuk Indonesia akan kena dampaknya.
Selain beberapa faktor di tas, aktivitas politik suatu negara juga mau tidak mau mempengaruhi pengambilan kebijakan ekonomi. Misalnya pemilu, konflik antar negara, ketidakpastian sosial dan kontroversi politik.
Dibutuhkan strategi yang melibatkan semua pihak di dalam negeri untuk menjaga nilai rupiah dan perekonomian Indonesia secara menyeluruh. Para investor diharapkan mengalihkan investasi dan ada upaya pengadaan bahan baku di negeri sendiri.