Hampir seluruh dunia sedang mengupayakan pencegahan menyebarnya wabah virus corona. Salah satunya dengan tindakan lockdown yang akhirnya berdampak pada kehidupan sosial dan ekonomi global. Karantina wilayah dipilih berdasarkan jumlah kasus yang semakin hari semakin tinggi. Namun, adapula negara-negara yang hanya menerapkan kebijakan social distancing, termasuk Indonesia.
Ada 2 provinsi yang belum melaporkan ada kasus positif covid-19
Masyarakat Indonesia kini dapat memantau informasi terkini mengenai perkembangan kasus covid-19. Dinas-dinas terkait selalu mengupdate data melalui website maupun sosial media. Hingga kini, angka kasus positif virus corona masih tinggi, walaupun jumlah yang sembuh juga bertambah.
Penyebaran data kasus virus corona di Indonesia ada di hampir seluruh provinsi, namun ada 2 wilayah yang hingga kini belum mengkonfirmasi adanya pasien positif virus corona. Kedua provinsi itu yaitu Gorontalo dan NTT.
Sebelumnya Bengkulu masih termasuk wilayah yang aman dari penyebaran virus corona. Hingga kemudian Gubernur Rohidin Mersyah mengadakan konferensi pers yang menyampaikan ditemukannya 1 pasien positif asal lampung yang meninggal sesudah mengikuti tabligh akbar di Masjid Agung At Taqwa kota Bengkulu.
Untuk wilayah yang masih aman corona, Letnan Jenderal Doni Monardo, sebagai Kepala Gugus Tugas Penanganan Covid-19, meminta agar daerah tersebut tidak tinggal diam. Setiap pihak harus mulai menjalankan aksi.
Semua rumah sakit segera dioptimalkan agar siap menghadapi situasi wabah. Masyarakatnya juga dihimbau untuk berperan aktif, saling gotong royong dan menghentikan semua perselisihan mengenai status kegentingan di wilayahnya, seperti lockdown. Ikuti protokol pencegahan dan selalu menjaga jarak. Dengan selalu disiplin, maka diharapkan semua tetap sehat dan selamat.
Penyebaran virus corona di Indonesia terbilang sangat cepat. Hanya dalam hitungan minggu, jumlahnya meningkat drastis. Ada banyak faktor yang menjadi penyebabnya, di antaranya:
1. Kurangnya kesadaran untuk isolasi diri saat sakit
Covid-19 memiliki gejala ringan mirip flu, yaitu demam, batuk dan sakit tenggorokan. Mereka yang sedang mengalami gejala tersebut nyatanya masih sering melakukan kegiatan di luar rumah bahkan senang berkumpul sehingga menularkan virus ke orang lain tanpa diketahui.
2. Masih terjadi kerumunan massa seperti arisan dan hajatan
Memang benar tempat-tempat wisata telah ditutup, tetapi masih saja ada peluang bagi warga untuk berkumpul. Bahkan anak-anak masih kedapatan bermain di warnet atau penyewaan playstation saat seharusnya belajar dari rumah.
3. Masih banyak yang menggunakan transportasi umum
Masih beroperasinya sarana transportasi begitupun sebagian perusahaan yang tidak meliburkan karyawannya, membuat masih banyak orang naik transportasi massal, seperti bus, MRT dan KRL. Karena hampir semua orang memiliki jam kerja yang sama, maka kepadatan di kendaraan-kendaraan umum tersebut tidak dapat dihindarkan.
4. Kurangnya kesadaran akan Pola Hidup Sehat dan Bersih (PHBS).
Masyarakat masih harus terus diedukasi mengenai bagaimana cara menjaga pola hidup yang sehat dan bersih untuk melindungi diri dan lingkungannya dari penyebaran virus corona.
5. Adanya rasa takut untuk mengakses layanan perawatan medis
Tingginya angka kematian akibat covid-19 membuat sebagian masyarakat merasa ragu untuk memeriksakan diri. Mereka takut hasilnya positif dan harus menjalani perawatan intensif seorang diri di rumah sakit.
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Apabila semua orang mau melakukan pencegahan dengan benar dan disiplin, maka penyebaran virus corona dapat ditekan.